Kamis, 25 November 2010

kesetiaan yang dibuktikan mbah marijan

mbah marijan?

siapa si yang ga kenal sama mbah marijan secara pria yang satu ini kontarversi bgt didunia pegunungan hehhe :D
Mbah Maridjan lahir tahun 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia mempunyai seorang istri bernama Ponirah (73), 10 orang anak (lima di antaranya telah meninggal), 11 cucu, dan 6 orang cicit.

Pada tahun 1970 Mbah Maridjan diangkat menjadi abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan oleh Sultan Hamengku Buwono IX diberi nama baru, yaitu Mas Penewu Suraksohargo1. Pada saat itu, sebagai abdi dalem, Mbah Maridjan diberi jabatan sebagai wakil juru kunci dengan pangkat Mantri Juru Kunci, mendampingi ayahnya yang menjabat sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Pada saat menjadi wakil juru kunci, Mbah Marijan sudah sering mewakili ayahnya untuk memimpin upacara ritual labuhan di puncak Gunung Merapi. Setelah ayahnya wafat, pada tanggal 3 Maret 1982, Mbah Maridjan diangkat menjadi juru kunci Gunung Merapi.

namun apa daya puluhan warga sekitar meninggal disapu awan panas bersamaan dengan mbah marijan ketika gunung merapi meletus di Indonesia tahun 2010,  dengan mengeluarkan awan panas yang tercatat sejak pukul 17.02 WIB. ” Sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul menyusul tidak berhenti”
Sirine bahaya di Kaliurang, Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB. Pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan.


Mbah Maridjan yang selama beberapa tahun terakhir terkenal sebagai “manusia pemberani”, akhirnya tewas disembur hawa panas yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Jiwanya meninggalkan raganya yang sedang merunduk sujud di hadapan Tuhannya.
Mbah Maridjan telah memilih jalan “mati”-nya. Saya katakan demikian kareena sebenarnya dia masih punya banyak waktu dan kesempatan untuk turun gunung menuju tempat-tempat pengungsian. Bila saja dia mau menuruti ajakan orang-orang, bisa jadi saat ini beliau masih hidup, bukan? Apalagi banyak orang yang mengajaknya untuk meninggalkan kawasan yang sebentar lagi akan berubah menjadi “neraka” itu. Namun semua itu dia tampik. Dia ingin tetap tinggal di kaki Gunung Merapi, sebagai bukti baktinya terhadap penugasan dan kepercayaan yang dia emban sebagai juru kunci Gunung Merapi, yang sekaligus telah membesarkan namanya.
Mbah Maridjan memang fenomenal. Namanya melejit setelah menolak meninggalkan rumahnya di lereng Gunung Merapi saat memperlihatkan tanda-tanda meletus di tahun 2006 silam. Bagai kapten kapal yang gagah berani dan bertanggung jawab, dia tidak mau meninggalkan kapal sekalipun badai akan menenggelamkannya. Dia bagai komandan tempur yang tidak mau meninggalkan pasukannya berjuang sendirian melawan musuh.
Mbah Maridjan memang tidak punya pilihan. Dia memilih tetap tinggal di tempat apa pun yang terjadi. Bisa dibayangkan, apabila dia ikut turun gunung dan berada di antara para pengungsi, bisa jadi dia akan menjadi bahan olok-olok bagi sebagian orang yang suka usil. Media yang nakal bisa membuat karikatur bergambar “manusia pemberani” sedang ngacir. Terlepas dari adanya kemungkinan seperti itu, saya pribadi sangat salut dan hormat kepada beliau, sebab dia dengan gagah berani mempertaruhkan hidup demi tugas, martabat dan harga diri: Hal yang kurang dimiliki banyak pemimpin kita saat ini.
Mbah Maridjan membuat kejutan ketika tiba-tiba dia menjadi bintang iklan sebuah produk minuman. Banyak yang menyesalkan hal ini, sebab dikhawatirkan akan “meracuni” jiwanya yang polos dan lugu dan ndeso itu. Untunglah dia masih mau kembali ke desa dan tetap mengemban amanat sebagai juru kunci Gunung Merapi. Andaikata mau, dengan honorarium yang dia dapat ditambah popularitas yang sedang meninggi, dia tentu bisa meninggalkan kehidupan desa dan menetap di kota, bukan? Tetapi itu tidak dia lakukan.
Kenapa Gunung Merapi akhirnya meletus pada 26 Oktober 2010, dan merenggut nyawa si penjaganya serta nyawa puluhan orang lain? Tuhan memang mahakuasa dan yang membuat semua itu bisa terjadi. Hanya Tuhan yang tahu mengapa akhirnya gunung api paling aktif di dunia itu akhirnya meletus dan menghanguskan alam sekitarnya. Tuhanlah yang membuat segalanya terjadi, termasuk datangnya bencana besar, namun manusia bisa saja berandai-andai dan menduga-duga kenapa musibah ini bisa terjadi. Apakah karena Mbah Maridjan oleh “penguasa Merapi” dianggap sudah berubah karena kok mau saja tergoda dan menerima tawaran dari dunia bisnis modern yang penuh glamour dan hura-hura dengan menjadi bintang iklan?
Ah, bagaimana pun juga Mbah Maridjan adalah manusia biasa. Entah bagaimana ceritanya atau apa pertimbangannya sehingga dia mau saja menjadi bintang iklan sebuah produk minuman suplemen, tentu hanya dia sendiri yang mengetahuinya. Tapi bisa jadi pula, Sang Merapi kurang berkenan dengan langkah juru kuncinya yang satu ini, sehingga tanpa ada kompromi dia pun memuntahkan lahar dan awan panas mengakibatkan bencana di sekitarnya, termasuk merenggut nyawa Mbah Maridjan.

Tapi di luar semua itu, ada banyak hal yang bisa kita teladani dari seorang Mbah Maridjan, 
Sebagai seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan jabatan juru kunci, Mbah Maridjan juga menunjukkan nilai-nilai kesetiaan tinggi. Meskipun Gunung Merapi memuntahkan lava pijar dan awan panas yang membahayakan manusia, dia bersikukuh tidak mau mengungsi.
terutama sikap hidupnya: mau memikul tanggung jawab atas tugas dan kepercayaan yang dia emban, sekalipun nyawa menjadi taruhannya.

Selamat jalan, Mbah!

aku sebagai anak cucu sodara seiman selalu mendoakanmu agar tuhan berikan kebahagian diakhiratmu kelak,
semoga tuhan mengganti perjuanganmu dengan istana yang telah disiapkan untukmu,

ya allah terimalah doaku, amin...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar